19 Desember 2015

Konstruksi Kapal Fregat Pertama Jenis PKR-105 Hampir Selesai

19 Desember 2015


Fregat pertama dari jenis PKR-105 mengusung nomor lambung 331 (photo : ivan flanker)

Konstruksi kapal fregat pertama TNI AL dari jenis PKR-105 yang berasal dari desain Damen Schelde (DSNS) Sigma 10514 telah hampir selesai dibuat di galangan kapal PT PAL Surabaya. Di galangan ini PT PAL membuat dua fregat pesanan Kementerian Pertahanan untuk memperkuat armada kombatan TNI AL.

Kontrak kapal fregat pertama ditanda-tangani pada 5 Juni 2012, kapal akan diselesaikan dalam jangka waktu 49 bulan. Proses first steel-cutting di PT PAL baru dilakukan pada 15 Januari 2014, namun PT PAL akan menyelesaikan kapal ini pada Januari tahun 2017.

Kontrak kapal fregat kedua ditanda-tangani pada 14 Februari 2013 namun proses seremoni first-steel cutting dilakukan di PT PAL pada 17 September 2014. PT PAL akan menyelesaikan kapal fregat kedua ini pada bulan Oktober 2017, sehingga kedua kapal ini akan selesai pada tahun 2017.

Badan kapal bagian belakang (photo : carganico)

Kapal PKR 105 memiliki spesifikasi panjang 105.11 meter, lebar 14.02 meter, tinggi 3,7 meter, berat 2.365 ton, kecepatan 28/18/15 knot dan jarak jelajah 5000 NM. Fregat ini dapat membawa helikopter dengan berat 10 ton dan membawa dua RHIB. Kapal didesain untuk mampu melakukan anti serangan permukaan, anti serangan udara, anti serangan bawah air, dan anti serangan elektronika. 

Setelah kapal ini selesai di dok kering, kapal akan diluncurkan dan pengerjaan kapal akan dipindahkan ke dok basah meliputi pekerjaan elektrikal kapal dan detail interior. Kapal ini selanjutnya akan dilakukan integrasi sistem elektronika, pemindaian dan persenjataan, kemudian dilanjutkan dengan uji laut.

Bagian bridge kapal (photo : carganico)

Kapal yang sebuahnya bernilai 220 juta dolar AS (belum termasuk persenjataan) ini dibiayai kredit eksport dengan alokasi multiyears.

Dalam proses joint production, engineer dari PT PAL juga sudah belajar secara teknis di DSNS sejak rencana pembuatan kapal ini dimulai pada 2011 lalu.

Pembangunan kapal fregat ini, dibagi dalam enam modul (bagian), empat modul diantaranya dibuat di PT PAL, sedangkan dua modul yang terdiri dari permesinan dan anjungan kapal dibangun di Belanda. Dua modul dari Balanda dibawa dan dirakit di PT PAL, untuk dijadikan satu dengan empat modul lainnya. 

Baling-baling kapal (photo : antifamous)

Kapal fregat pertama dari jenis PKR-105 ini rencananya akan memakai nomor lambung 331 dengan nama KRI Martadinata. Nomor lambung yang sama pernah digunakan untuk KRI Martha Kristina Tiyahahu ex Tribal class (Type 81) yaitu fregat 2.700 ton ex Royal Navy yang dibeli pada tahun 1984. Nama Martadinata juga pernah dipakai TNI AL untuk fregat ex US Navy kelas Claud Jones dengan berat 1.970 ton yang pernah dibeli pada tahun 1974. 

Rencananya TNI AL akan membuat enam fregat kelas PKR-105 ini, dua dibangun melalui kontrak dengan Damen Schelde melalui joint production dengan PT PAL, sedangkan empat lainnya direncanakan dibangun sepenuhnya di PT PAL dengan supervisi dari Damen Schelde.

Keenam fregat baru ini akan menggantikan enam fregat kelas Van Speijk ex Royal Netherlands Navy yang dibeli pada tahun 1986. Keenam fregat kelas Van Speijk dengan berat 2.850 ton memang sudah terlalu tua untuk dioperasikan karena telah berdinas di Royal Netherlands Navy sejak tahun 1965 meskipun telah menjalani beberapa kali perpanjangan usia pakai.

(Defense Studies)

18 komentar:

  1. beritanya lebay/berlebihan, itu kapal jenis korvet kali, Indonesia belum bisa bikin jenis fregate, yg kelas bung tomo itu buatan inggris jenis light fregate, sedangkan kapal fregat Indonesia itu kelas ahmad yani buatan thn 1960an

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu frigate, yg korvet tipe pkr-90m. Tentengannya beda, berat tonase juga lebih ringan. Yg ini bukan lg coastal defense platform,tapi sudah ocean going. Bung tomo itu frigate nanggung, bisa di sebut heavy corvette atau light frigate,secara body corvette tapi armament dan tonnase hampir setara frigate. Ahmad yani dari tonnase jauh lebih berat,tp itu semata2 karena teknologi metalurgi jg jauh berbeda, berat perlengkapan yg jg gede, kru jg lebih banyak, otomatis hrs bawa supply banyak. Kl prk sudah jauh lebih canggih, berat sistem dan persenjataan jauh lebih ringan,kru lebih sedikit krn banyak sistem yg sdh otomatis, akhirnya berimbas pd berat bobot keseluruhan yg lebih ringan, tp kelasnya tetap frigate.

      Hapus
  2. beritanya lebay/berlebihan, itu kapal jenis korvet kali, Indonesia belum bisa bikin jenis fregate, yg kelas bung tomo itu buatan inggris jenis light fregate, sedangkan kapal fregat Indonesia itu kelas ahmad yani buatan thn 1960an

    BalasHapus
  3. Its a frigate bro. Terdapat byk lg kapal frigate yg jauh lebih kecil drpd kapal ini. Ianya bergantung kpd klasifikasi negara pengguna. Jepun contoh menggunakan singkatan DE (destroyer escort) bg kapal2 bersaiz frigatenya. Kapal gowind kami pula diklasifikasikan sebagai frigate oleh pihak TLDM tetapi bg pihak DCNS ianya merupakan sebuah corvette.

    BalasHapus
  4. Selamat utk PT.PAL, semoga perlahan makin meguasai teknologi pembuatan kapal sipil/perang dg teknik modular. Btw modul bridge utk PKR kedua sudah berangkat dari belanda. Utk yg pengin tau silahkan buka bagian informasi militer di kaskus.co.id,perkembangan terbaru PKR banyak dibahas disana,termasuk klasifikasinya apakah frigate atau corvette.

    BalasHapus
    Balasan
    1. perbedaan corvet dan freegat di liat dari radar dan avionic sudah keliatan , kalau corvet mirip hidungmu itu ha-ha kwkkwkw ....pesek sekik lah ha-ha..

      Hapus
    2. Shed: you need special dictionary if you want to fully understand what muarif want to say.

      Muarif: dasar alay warnet, komen ga pernah bermutu... payah ente bro.

      Hapus
    3. Ianya frigate shed anuar ...kelas frigate atau corvate ditentukan melalui beratnya.. gowind tldm beratnya lebih kurang 3100 tan klu x silap ..jadi dia diklasifikasikan sbgi frigate...ya mmg sebenar gowind tldm dulu diklasifikasikan sbgai corvet kerana dulu desaindnya berat lebih kurang 2500 tan sahaja.terapi setelah tldm ingin memodifikasikan beratnya meningkat ke 3100 tan

      Hapus
    4. Radar dan sistem persenjataan tidak menentukan kelas sebuah kapal perang muarif....ahahha

      Hapus
    5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    6. @acip: namanya juga abg alay warnet, ga bakal mudeng dia kalo di ajak diskusi serius soal teknis. Kemampuan otaknya terbatas banget.

      Hapus
    7. Acip jeffrey.
      Berat sesaran sahaja tidak menentukan bahawa ianya merupakan sebuah corvette mahupun frigate. Gowind ditakrifkan sbg lcs oleh TLDM. Saiznya jauh lebih besar dan berkeupayaan berbanding kapal frigate KD Jebat. Tetapi kapal kelas Kamorta milik tentera laut india pula dklasifikasikan sbg corvette. Beratnya? Di atas 3000 tan. Sbenarnya klasifikasi kapal dtentukan bdasarkan fungsi kapal dan istilah negara pengguna itu sendiri. Kapal kelas jamaran milik iran. Destroyer. F 125 german. Frigate. Takanami, Jepun. Destroyer. Pkr 105 indonesia?

      Hapus
  5. Frigat atau covette itu engak penting...yg penting ia sebagai instrument pemukul kapal musuh semasa perang dan pengawas semasa aman

    BalasHapus
  6. BETUL BROO,,JGN HANYA MELIHAT BENTUK BADAN KAPAL,,JAMAN SEKARANG KAPAL PERANG,,JENIS CORVETTE,FRIGATE,DESTROYER,ATAU PATROL CRAFT,SEJENIS KAPAL PATROLI KECIL SEPERTI KAPAL SEPAT RUDAL BUATAN PT.BATAN KITA SUADAH BANGGA,DAN KAPAL CEPAT 60 DAN 40,ELECTONIC SYSTEM NYA SUDAH CANGGIH BUNG,,KITA JUGA BERSYUKUR DENGAN PEMERINTAH MEMBUAT MEF,KITA BANGGA SEBAGAI BANGSA INDONESIA,PUNYA PT.PAL.PT BATAN,PT PINDAD,PT.LEN.PT, DI GIANTARA.PT BAHARI,PT LUDIN.DAN BANYA YG LAIN NYA,KITA BERSYUKUR JUGA DENGAN KERJA SAMA,CHINA,DNGAN RUDAL.C705 DAN RUDAL LAINYA,DENGAN RUSIA,KOREA SELATAN,JERMAN,FRACIS,SAYA HARAP DALAM KOMEN INI JGN DI CELA DULU KEMAJUAN ALUTSISTA KITA,,KARNA SEMENJAK PAK SBY,JD PRESIDEN SUDAH MUALI MEREMAJAKAN DENGA JALAN AUTARKI,KARNA PAK SBY TAU ALAT TNI,SEBELUMNYA SANGAT MIRIS MENJAGA NKRI,LAMBAT LAUN POLITIK PAK SBY BERJALAN,DENGAN CERDIK TIDAK SECARA MENEPIS NEGARA2 SAHABAT POLITIK,WALAU ADA SEGELINTIR HIBAH ALUTSISTA,KARNA INGIN MEMBANGUN NEGARA AUTARKI HARUS DI DUKUNG DENGAN KEMAJUAN EKONOMI NEGARA KITA,KARNA TANPA EKONOMI DI ATUR DGN BAIK MAKA,PABRIK2 ALAT KHUSUS PERANG TDK AKAN BERJALAN DGN BAIK,WALAU ORG KITA LULUSAN TINGGI YG BISA MERANGCANG ALAT PERANG,TAK AKAN MAU KLU TDK DI GAJI DUIT DGN BESAR,APALAGI YG BODOH HANYA TAU NYA MENCELA KEMAJUAN MILITERY INDONESIA,,SILAHKAN CARI GLOBAL FIREPOWER,ATAU MILITERY INDONESIA,JANGAN CARI SENJATA RAHASIA MILIK TNI,KARNA ANDA ANDA,BELUM TAHU SELUK BELUK JAYAMAHE ARMADA KAWASAN TIMUR,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm... walaupun tulisan anda berantakan tapi saya setuju dengan kata2 anda.pokoknya yg trbaik untuk tni deh.

      Hapus
  7. Kapan TNI AL punya kapal Destroyer??

    BalasHapus