01 Juni 2009

17 Tank Amfibi Perkuat Marinir

26 Agustus 2008

Kurgan BMP-3, kendaraan tempur beroda rantai dengan kemampuan amphibi (photo : Army Technology)

Persenjataan strategis Korps Marinir segera bertambah. Kemarin (25/8) di Jakarta, Indonesia dan Rusia meneken kontrak pengadaan tank amfibi jenis BMP-3F.

"Kontraknya untuk pengadaan 17 unit tank," kata KSAL Laksdya Tedjo Edhi Purdijatno saat silaturahmi dengan media cetak dan elektronik di Jakarta (25/8). Dana yang dikucurkan dalam pembelian itu mencapai Rp455 miliar atau U$50 juta. Awalnya, dengan harga tersebut TNI AL mendapatkan 20 tank.

Namun, harga tank naik karena pembahasan sempat tertunda dan berlarut-larut. "Jadi harus ada penyesuaian," katanya. Meski demikian, kata Tedjo, jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan satu kompi tank. Tank-tank baru ini akan menggantikan tank amphibi lama yang sudah tak layak beroperasi lagi.

Korps marinir saat ini memiliki sekitar 400 tank. Sebagian di antaranya kurang layak beroperasi. Sebagian yang masih bisa diperbaiki akan diperbaiki. Sementara yang sudah tidak layak sama sekali akan dikandangkan.


Varian baru BMP-3 yang ditawarkan pada pameran IDEX 2005 (photo : Army Recognition)

Tedjo menambahkan, dalam pengadaan kali ini Angkatan Laut tetap mengedepankan alih teknologi. "Agar secara bertahap TNI mandiri," katanya. Alih teknologi juga dilakukan TNI AL dalam pengadaan empat kapal jenis landing platform dock (LPD) dari Korea. Dua kapal pertama, KRI Surabaya dan KRI Makassar, langsung dibuat di negeri ginseng tersebut dan telah hadir memperkuat jajaran matra laut.

Dua kapal terakhir kini tengah dibangun di PT PAL, Surabaya. "Dalam proses penyelesaian dengan supervisi dari Korea," kata Tedjo. Sementara korvet ketiga jenis Sigma (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) KRI Sultan Iskandar Muda-367 yang dipesan dari Belanda diperkirakan tiba di tanah air akhir tahun ini.

"Berangkat dari Belanda Oktober," kata lulusan Akademi Angkatan Laut 1975 itu. Indonesia memesan empat kapal korvet Sigma dari Belanda dengan nilai total nilai 700 juta Euro (sekitar Rp8 triliun) atau Rp2 triliun untuk masing-masing kapal. Kapal dibuat perusahaan galangan kapal Schelde Naval Shipbuilding.

Sebelumnya, Januari 2008 telah tiba KRI Hasanuddin. Awal Agustus 2007, saudara kembarnya, KRI Diponegoro lebih dulu tiba memperkuat Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim).

Selain Sultan Iskandar, Schelde Naval juga tengah membangun korvet keempat, yakni KRI Frans Kaisiepo-368. Kapal Sigma terakhir ini direncanakan mulai memperkuat matra laut April 2009.

(Jurnal Nasional)

2 komentar:

  1. BRAVO INDONESIA MARINE CORPS, KEEP IT BEST AND KICK THE MALAYSIAN JACK ASS WITH THE WEAPONS U HAVE AND BE THE BEST BETWEEN THE ASIAN NATION OF ARMED FORCES. MAINTENANCE THIS HOLLY COUNTRY BECAUSE U R THE CHOSEN ONE THE OTHER WORD SAYS THAT "THE MARINES ARE THE HOLLY SOLDIER" TO SERVE AND TO DESTROY THE ENEMY FOREIGN AND DOMESTIC.... U ARE THE MASTER OF WAR AND YOUR ENEMY, BE IT MARINE "BEST OF THE BEST FOR U".......

    BalasHapus
  2. BRAVO INDONESIAN NAVY N INDONESIAN MARINE....
    MARI TINGKATKAN PENJAGAAN KEPADA NEGARA KEPULAUAN REPUBLIK INDONESIA YANG KITA CINTAI INI....

    BalasHapus